Autismanature
Berbagi informasi tentang masalah
tumbuh kembang anak
Metode Penanganan Autisma dengan
ABA (Applied Behavior Analysis)
Rate This
Sejarah ABA
Sejak tahun 1960-an, Ivaar Lovaas
menggunakan tehnik-tehnik
perubahan perilaku serta
memfokuskan pada pada strategi
untuk mengajar perilaku social,
menghilangkan stimulasi diri dan
mengembangkan kemampuan bahasa
pada anak autisma. Ketika program
tatalaksana intensifnya diterapkan
pada anak-anak autisma berusia
kurang dari 4 tahun, memberi tingkat
keberhasilan 89% ( 47% mencapai
mainstreaming dan 42 % dengan
berbagai tingkat integrasi ).
Pendekatan penanganan anak autisma
sangat dipengaruhi oleh hasil riset
yang dilakukan oleh B.F. Skinner,
yang secara ilmiah
mendemonstrasikan bahwa
consequence (konsekuensi, akibat)
memiliki pengaruh yang kuat dan
dapat diperkirakan terhadap suatu
perilaku (apakah perilaku tersebut
akan terulang lagi atau tidak
dikemudian hari ). Skinner menyebut
proses tersebut sebagai operant-
conditioning.
Teori Skinner berdasarkan pemikiran
bahwa belajar merupakan perubahan
pada perilaku. Perubahan pada
perilaku adalah hasil dari respons
individu terhadap kejadian (stimuli/
rangsangan) yang terjadi di
lingkungan. Jika suatu pola
Stimulus-Respons ( S-R ) tertentu
diperkuat ( diberi imbalan ), individu
terkondisi untuk berespons.
Reinforcement ( penguat/imbalan )
adalah elemen kunci pada teori S-R
Skinner. Suatu reinforcer adalah
segala sesuatu yang memperkuat
respons yang diinginkan. Jika
perilaku diikuti oleh konsekuensi
disukai oleh seseorang, perilaku
tersebut cenderung diulangi di
kemudian hari. Jika konsekuensi
adalah negative (tidak diberi imbalan/
penguat ), perilaku lebih kecil
kemungkinannya untuk diulangi.
Apakah ABA
ABA adalah kepanjangan dari Applied
Behavior Analysis. Di dalam ABA
terdapat struktur untuk melihat
perilaku, apa yang menyebabkan
mereka berperilaku demikian dan
bagaimana caranya untuk membentuk
atau menghilangkan perilaku
tersebut. Informasi dasar yang perlu
dipahami mengenai prosedur
pengajaran;
1. 1. Shaping
Merupakan suatu proses yang kita
pakai untuk merubah perilaku anak
menjadi perilaku yang kita harapkan.
sebagai contoh; jika anak hanya
belajar mengucapkan kata, lebih baik
ajarkan pegang atau meminta benda,
kemudian ajarkan cara menghasilkan
bunyi, sebuah suku kata berikutnya
bagaimana menghasilkan sebuah
kata.
1. 2. Prompting
Bantuan yang diberikan oleh asisten
terapis atau terapis itu sendiri untuk
mengajarkan respons yang benar.
1. 3. Fading
Bagaimana memecah bantuan yang
diberikan kepada anak, agar anak
tidak tergantung terhadap bantuan
yang diberikan.
1. 4. Chaining
Suatu kemampuan dipecah menjadi
unit terkecil, kemudian unit-unit tadi
dirangkai menjadi satu. Hal ini dapat
dilakukan dari urutan depan (forward )
ataupun dari belakang ( backward).
Contoh; mengajarkan mengatakan
“saya mau kue” , (forward ) Katakan
“saya”, katakan “mau”, katakan “kue”,
katakan “saya mau kue”.
1. 5. Penguat yang berbeda
Bedakan antara hadiah atau penguat
yang diberikan berbeda antara
respons yang diberikan bantuan dan
respons yang langsung benar atau
sesuai.
6. Instruksi atau SD (Discriminative
Stimulus)
Instruksi yang digunakan singkat,
jelas dan konsisten dan hanya
diberikan satu kali. Singkat
maksudnya adalah hanya terdiri dari
kata yang pendek, jelas adalah
perintah sesuai dengan apa yang
akan diajarkan dan hanya
mengajarkan satu aktivitas pada satu
saat, konsisten adalah kata yang
digunakan antar terapis dan keluarga
juga orang rumah harus sama persis.
Instruksi diberikan dengan suara
seperti sedang bicara dengan orang
normal, tidak dengan terlalu keras
atau membentak. Anak diberikan 3
kesempatan untuk merespon,
kesempatan yang ketiga anak harus
langsung dibantu bersamaan dengan
SD.
7. Respon anak (feedback)
Ada 3 kemungkinan respon dari anak
yaitu tepat, atau tidak sama sekali.
Apapun respon anak, berikan
konsekuensi yang sesuai. Respon
tepat diberikan hadiah berupa
makanan atau pujian, respon tidak
tepat atau tidak ada respon diberikan
kata tidak, ada juga setengah respon
benar maka akan diberikan kata coba
lagi. Mengatakan tidak dengan nada
yang datar bukan nada membentak
untuk respon yang salah, memberikan
hadiah bila respon benar berupa
pujian dengan nada yang sangat
gembira. Hadiah yang diberikan bila
respon benar dapat berupa pujian,
makanan yang disenangi atau
mainan, namun demikian lama
kelamaan hadiah akan dikurangi
sehingga hanya ada pujian saja.
8. Generalisasi
Supaya penyandang autisma tidak
hanya bisa keterampilan di ruang
terapi, maka diperlukan generalisasi
ditempat yang berbeda dengan orang
yang berbeda dan materi yang
berbeda.
9. Maintenance
Adalah generalisasi terus menerus.
Keterampilan yang sudah dikuasai
diulang kembali secara berkala
supaya tidak hilang.
10. Tantrum
Tantrum adalah kemarahan yang
terjadi pada anak yang dapat
dituangkan ke dalam perilaku
menangis, membuang barang,
mencakar, menghentak-hentak kaki
supaya dapat keluar dari belajar. Bila
anak tantrum, yang dilakukan adalah
diam seperti patung (ignore) ,
memalingkan pandangan dari muka
anak atau tidak memandang mata
anak, air muka tidak menunjukkan
kemarahan maupun kasihan, sabar
karena tantrum biasanya berlangsung
cukup lama. Anak tidak boleh
dibentak saat tantrum karena dapat
diartikan sebagai suatu perhatian
yang menyenangkan anak dan anak
akan melakukan lagi untuk
mendapatkannya. Bila badan anak
besar dan berusaha untuk keluar dari
belajar maka ignore sambil mengunci
seluruh badan anak sehingga sulit
untuk bergerak, ketika anak diam
berikan pujian.
Tatalaksana Perilaku ABA
1. a Umur Penanganan Terbaik
Umur penanganan yang terbaik untuk
memulai intervensi secara intensif
adalah sebelum memasuki usia 5
tahun. Hasil penelitian melaporkan
bahwa hasil intervensi terbaik yang
didapat adalah pada anak yang mulai
diberikan intervensi pada usia 2 atau
3 tahun (Maurice, 1993:39). Alasan
mendasari hal ini, bahwa
perkembangan otak sangat pesat
dalam 3 tahun pertama kehidupan
anak, kemudian menurun sampai
dengan usia 5 tahun, dan sangat
menurun pada usia antara 5 sampai 7
tahun, setelah itu di atas usia 7 tahun
perkembangan otak relatif lambat
(Sutadi: 2002).
1. b. Tempat Terapi
Yang pertama harus dipahami oleh
anak autisma pada saat awal
intervensi dilakukan adalah, anak
harus belajar memahami keberadaan
rumah tempat tinggalnya dan fungsi
keluarganya. Ketika anak sudah
menguasai mengenai lingkungan
tempat tinggalnya, barulah anak
diajarkan dengan situasi natural yang
berbeda. Jika distraksi lingkungan
yang baru menjadi suatu masalah, ini
merupakan pelajaran baru untuk anak
supaya lebih dapat memfokuskan
untuk beradaptasi terhadap
berbagaimacam distraksi di
lingkungan yang natural seperti
halnya saat di sekolah (Leaf & Mc
Eachin: 1999:13).
1. c. Waktu Terapi yang Ideal
Menurut Leaf & Mc Eachin (1999:10),
saat akan memutuskan berapa jam
perminggu terapi yang dibutuhkan,
harus melihat kepada kebutuhan anak
dalam kesehariannya dimana
pembagian waktu haruslah termasuk
didalamnya untuk aktivitas bermain
yang berstruktur, waktu istirahat,
serta waktu untuk keluarga. Selain
jumlah jam saat one-on-one
teaching, tetap harus mengutamakan
kualitas dan struktur dari terapi yang
dijalankan daripada menentukan
waktu formal untuk terapi. Hasil
penelitian menyebutkan banyak anak
autisma membaik dengan
menggunakan terapi 30 (atau lebih)
jam per minggu. Panjang durasi
waktu sesi terapi haruslah dibuat
untuk mencapai keberhasilan yang
tinggi. Pencapaian tersebut dapat
tercapai dengan durasi 2 sampai 3
jam.
1. d. Evaluasi dan kriteria
keberhasilan tugas (drill)
Evaluasi yang dapat diukur membuat
semua orang dapat melihat apakah
anak bisa atau tidak. Biasanya orang
tua yang menentukan memakai
penilaian tertentu atau karena
memakai konsultan tertentu maka
memakai penilaian dari konsultan
tersebut. Ada beberapa gaya
penilaian yang sering dipakai, yaitu:
a) Menerapkan 3 nilai sesuai respon
anak yaitu tepat dilambangkan (+),
tidak tepat dengan (-), tidak ada
respon dengan (NR).
b) Menerapkan bentuk P (Prompt)
dan A (Achieve) . Bila anak salah
berespon maka nilainya P, sebaliknya
bila respon benar nilainya A. Nilai A
dari 3 orang yang berbeda atau 3 sesi
yang berbeda, drill atau suatu
keterampilan dianggap lulus atau
dapat naik ke level berikutnya.
c) Menerapkan dengan nilai pecahan
dimana 80% dari keseluruhan
percobaan (dalan satu drill) anak
berespon benar dikatakan lulus (%
berdasarkan ketetapan terapis),
Ada juga yang lebih memecah
kemampuan (discrete trial training)
dengan menampilkan materi tanpa
distraksi atau hanya satu yang
dinamakan Masse Trial (MT).
Kemudian setelah 3x 100% benar dari
3 sesi yang berbeda secara berturut-
turut dikatakan lulus dan akan masuk
ke Extended Trial ( ET). Pada ET materi
yang menjadi target akan diberi
distraksi, distraksi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu distraksi yang
belum diketahui anak ( Unknown
distracktor-Ud ) dan yang diketahui
(Known distractor-Kd ). ET dengan Ud
90-100% benar dalam 3 sesi yang
berurutan setelah itu masuk Et
dengan Kd. Penilaian yang diterapkan
sama dengan sebelumnya. Skoringnya
adalah jumlah respon benar perjumlah
materi target ditambah materi
distraktor.
d) Generalisasi
e) Maintenance
Program Umum
1. Kepatuhan (complience );
duduk, perhatian dsb.
2. Mengurangi/menghilangkan
perilaku self-stimulatory dan
agresiv.
3. Mengajarkan konsep imitasi
(menirukan / imitation skills ).
4. Satu kemampuan dapat
dipelajari oleh anak, langsung
dikembangkan bersama anak
lain sebagai model.
5. Ajarkan anak sebuah bentuk
komunikasi ( verbal, gambar,
isyarat/sign ).
6. Ajarkan anak untuk bermain
secara independent dan
bermain bersama orang lain/
teman.
7. Ajarkan pre-school skills
(menggunting, menempel,
duduk di lantai, dsb ).
8. Ajarkan kemampuan bantu
diri / self-help skills ( toileting)
.
9. Ajarkan kemampuan
bersosialisasi / social skills
(mengatakan “hello”, “dah” )
10. Ajarkan kemampuan motoriknya
(gross dan fine ).
11. Ajarkan bahasa secara
receptive/expresive ( kata
benda, kerja, preposisi,
percakapan ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar